Sunday, 14 May 2017

Menanggapi sebuah Video

Senin, 8 Mei 2017

Halloooooo!!!!
Pada pertemuan ke tujuh ini dimulai dengan penjelasan dari Pak Rahman mengenai pengarahan mengenai pengelolaan blog. Penilaian dari blog ini dilihat dari kelengkapan materi dan isi dari diary yang kita buat.

Selanjutnya Pak Rahman memberikan kami sebuah video yang beliau kirim via grup Whatsapp. Video tersebut dibuat oleh seorang pengamat politik yang berpendapat bagaimana jika Jokowi bersaing dengan Prabowo pada pemilihan Presiden (Pilpres) Tahun 2019? Apabila terjadi bagaimana dengan aksi pro dan kontra yang akan muncul akibat pertentangan yang diciptakan oleh para pendukung kedua belah pihak?.

Dari hasil menonton video tersebut, Pak Rahman menginginkan para mahasiswanya untuk memberikan argumen dari sudut pandangnya masing-masing. Lalu Pak Rahman mulai menunjuk satu persatu mahasiswanya.

Dimulai dari prodi Pendidikan kimia. Yang pertama ternyata pendapat dari saya (Rizka). Saya berkata "Menurut saya, video tersebut merupakan pertanda untuk kita agar tetap menjaga persatuan Indonesia karena yang kita lihat  dari Pilkada Gubernur (Pilgub) DKI jakarta kemarin sudah memberikan sinyal adanya perpecahan menjadi beberapa kubu. Dan pilgub kemarin seperti sebagai gambaran mengenai bagaimana pilpres yang akan datang. Dalam video tersebut menggambarkan bahwa pilpres nanti yang akan disandingkan sebagai calon presiden adalah Jokowi dan Prabowo. Dijelaskan jika misalnya Jokowi bersaing dengan Prabowo maka akan timbul konflik antara stigma PKI dan stigma Pembela Islam. Hal tersebut sudah menentang Pancasila atau tidak sesuai dengan pancasila dan yang pasti akan memunculkan perpecahan di Indonesia."

Pak Rahman pun kembali bertanya "Lalu menurut Anda sebaiknya video ini diperbanyak atau dilarang dibagikan?"

Jawaban saya adalah "Menurut saya dilarang diperbanyak pak. Karena, video ini dapat menimbulkan provokasi." Ya provokasi disini karna terlihat jelas bahwa viedo ini tidak netral dan memihak salah satu kubu.

Lalu, Pak Rahman pun menunjuk Meidy untuk memberikan pendapatnya mengenai video tersebut. Meidy pun menjawab "Menurut saya, menanggapi tanggapan dari rizka, video tersebut ada baiknya diperbanyak. Karena, video ini bagi seorang yang pemikir akan kesatuan bangsa Indonesia adalah sebagai alarm dan teguran bagi si pemikir tersebut. dimana Indonesia saat ini sudah seperti detik-detik akan perpecahan maka sebaiknya disatukan kembali seperti  jaman jaman mau kemerdekaan."
Lalu Pak Rahman menanyakan Indonesia ini lebih banyak orang yang pemikir atau hanya ikut-ikutan?. Meidy menjawab "ikut-ikutan. hmm tapi video ini ada baik sama buruknya pak"

Kemudian Pak Rahman kembali menunjuk mahasiswa yang lain. Akhirnya, Pak Rahman bertanya kepada Dimas.

Dimas memberi jawaban dengan berkata "Menurut saya, video tersebut orang-orang yang memiliki hak suaranya dalam pemilu mulai melupakan asas LUBER JURDIL. Mereka malah bangga jika mereka mendukung siapa yang akhirnya memicu perbedaan argumen yang berujung pada perpecahan antara rakyat DKI sendiri kalau dari Pilgub DKI Jakarta kemarin. Hubungannya dengan Pilpres 2019 nanti jika dilihat dari video tadi bahwa ketika Pak Jokowi yang akan distigmakan menjadi PKI dan Pak Prabowo yang distigmakan sebagai Pembela Islam maka nanti orang-orang yang masih terang-terangan bahawa dia mendukung siapa maka itu nanti akan menjadi bumbu-bumbu yang akan membuat bangsa itu semakin terpecah belah. Jadi, menurut saya bangsa Indonesia saat ini tidak banyak yang ingat dengan asas LUBER JURDIL ketika pemilu diselenggarakan. Karena, saya percaya kalau misalkan orang-orang yang memegang asas LUBER JURDIL mereka akan dapat meminimalisir konflik-konflik yang sudah terjadi. Walaupun dalam keadaan sebenarnya tidak mungkin hilang konflik-konflik tersebut. Jika saya menanggapi pertanyaan bapak tentang sebaiknya video ini diperbanyak atau tidak? Menurut saya, mungkin fokus dari video ini yaitu pada self - awareness pada masing-masing orang itu sendiri yang menyaksikannya. Karena, framing media sangat berperan penting dalam media masa. Seperti pada video tersebut menurut saya kita tidak tahu siapa yang membuat dan kepada siapa dia berpihak. Kemudai banyak sekali orang yang bisa membuat video itu. Kalaupun video tersebut benar adanya nanti untuk Pilpres 2019 maka lihatlah dari keberpihakan dia yang mendukung siapa. Karena, menurut saya sendiri si pembuat video sendiri masih abu-abu untuk memilih siapa. Memang betul dia memunjukkan keberpihakannya kepada salah satu namun dia membahas juga kekurangan dari kedua belah pihak. Saya juga bingung, kenapa dari sekarang telah dijustifikasi bahwa pada saat pilpres nanti akan ada Prabowo dengan Jokowi. Para pengkonsumsi media seperti telah diberiman arahan bahwa pada Pilpres nanti akan seperti itu."

Selanjutnya, Pak Rahman pun kembali menunjuk seorang mahasiswa dari Fakultas Ilmu Olahraga(FIO).
Dia berkata "Menurut saya, pemilu tersebut akan memicu perpecahan juga pak. Karena menurut video tersebut akan timbul fitnah-fitnah dan akan timbum pelecehan masyarakat dengan isu-isu PKI tapi masyarakat bisa jadi diperalat saja."

Karena masih ingin mendengarkan respon mahasiswanya yang lain yang telah menyaksikan video tersebut. Kemudian, ditunjuklah seorang mahasiswa FIO yang bernama Adit.
Dia berkata "Dari video tersebut telah digambarkan jelas bahwa pada Pilpres 2019 nanti ada kubu antara Jokowi dan Prabowo yang akan "bermain". Menurut saya, video ini jangan diperbanyak karena PKI ini bermain dengan cyber crime dimana adanya kejahatan-kejahatan yang dilakukan lewat media sosial yang digunakan oleh banyak orang. Sehingga hal ini dapat menimbulkan perselisihan secara terus-menerus yang mana hal ini telah teraplikasikan pada Pilgub DKI jakarta kemarin. Dan takutnya di Pilpres nanti malah pki akan semakin kuat. Jadi menurut saya  PKI akan benar-benar melakukan apa yang mereka mau dan ingin sekali mencapai tujuan mereka."

Selanjutnya Putri Muhira ingin memberikan argumennya. Dia berkata "Menurut saya, saya tersadar bahwa sebenarnya kita telah dibodohi karena sesungguhnya mereka mempunyai kepentingan-kepentjngan tersendiri. Mereka sengaja membuat dua kubu besar agar bisa diadu domba. Indonesia sendiri terkenal dengan banyak agama jadi agama lah yang dipermainkan oleh si provokator. Tentang lebih baik untuk diperbanyak atau tidaknya video itu menurut saya sebaiknya diperbanyak. Karena, video tersebut dapat membuka pikiran kita bahwa kita nantinya akan diadu domba antara PKI dan Pembela Islam."

Setelah Hira memberikan argumen, ada pula yang ingin memberikan argumen yaitu Muhammad Fachmi. Namun bahasa yang digunakannya terlalu tinggi untuk dimengerti dia pun mengaitkan masalah dalam video ini dengan bahasa-bahasa sosiologi yang menurut saya sulit untuk dimengerti. Fachmi berkata "Menurut saya pribadi dalam video tersebut ada geopolitikal yang terjadi. Jokowi bermain diantara nasionalis sekuler dengan meneofasisme. Dimana politik yang terjadi dilibatkan dengan komunitas keagamaan atau seperti ras, agama dan suku yang dipermainkan dalam politik kita. Jika saya luruskan dalam bidanb sosiologi, ada yang bermain aparatus sosiologi negara dimana gangguan-gangguan frekuensi dari pihak yang tidak terkait dengan politik dimainkan dengan seperti misalnya keagamaan. Jika saya luruskan mengenai PKI maka akan banyak pemahaman-pemahaman komunis. Dalam marsisme, komunis bersifat kolektifitas yang artinya dalam sistem ini terdapat penindasan-penindasan yang terjadi. Maka dari itu, kita harus mengkaitkan antara budaya dengan politik kita. Tentang video yang lebih baik diperbanyak atau tidaknya. Menurut saya, lebih baik diperbanyak. Karena, interpretasi masyarakat terhadap negara biasanya selalu berubah dan politik sendiri mempunyai beberapa faktor yang salah satunya berupa kepentingan pribadi karena menurut saya jika politik tidak ada kepentingan pribadi maka akan terasa kosong. Dari sinilah nantinya akan menimbulkan geopolitik yang dimainkan."

Setelah mendengar pendapat dari Fachmi Pak Rahman dan semua mahasiswa kesulitan mengerti apa maksud yang dibicarakan oleh Fachmi karena bahasa yang digunakan oleh Fachmi kurang dimengerti oleh orang-orang yang awam. Pak Rahman pun membuka kesempatan kembali untuk siapa saja memberikan pendapatnya tentang video yang telah disaksikan. Kemudian ada seorang perempuan dari Fakultas Ekonomi (FE) yang ingin memberi tanggapan. Nama perempuan tersebut adalah Afi.
Dia berkata "Menurut saya, video tersebut adalah bentuk propaganda dari politik. Dari awal video saja sudah memperlihatkan seperti memihak pada salah satu kubu yang nantinya diperkirakan akan bersaing di tahun 2019. Nah, disini memicu perpecahan tinggal menunggu tanggal mainnya akan seperti apa nantinya demo besar-besaran di Indonesia dan akan seperti apa propaganda yang dibuat oleh media-media yang berpengaruh pada daerahnya. Belum lagi ada kepentingan politik yang digunakan sebagai alat atau lahan berbisnis dalam bidang ekonomi. dari pihak perusahaan mereka mempunyai kebijakan-kebijakan yang akan menentukan keberpihakan mereka kepada pihak-pihak yang sekiranya akan menang dan akan berdampak pada pemilu seperti jalinan kerjasama. Jadi, mempengaruhi pada sisi ekonomi yang mencari keuntungan pada sisi politik."

Diskusi ini belum juga berhenti, Pak Rahman kembali menunjuk seorang mahasiswa dari fakultas Ilmu Olahraga (FIO) yang bernama hadad. Hadad menjawab dengan berkata, "Menurut saya, dari video tersebut sudah terlihat jelas bahwa Prabowo mulai bermain stigma pembela Islam. Tetapi kan video ini belum terbukti kebenarannya (hoaks). Namun jika dilihat dari video tersebut jika benar terjadi adanya persaingan antara Jokowi dengan Prabowo maka saya akan memilih pemimpin yang membela agama Islam karena saya berpegang teguh pada Al-Quran jadi isu-isu yang lain tidak berpengaruh untuk saya."

Setelah itu, Pak Rahman menunjuk mahasiswa lainnya namun ini perespon yang terakhir dan yang mendapatkan kesempatan tersebut dari FIO. Dia berkata "Menurut saya, isu tentang agama dan isu tentang PKI dulunya pernah ada namun tidak terlalu menyebar luas. Namun, sekarang kedua isu tersebut telah menyebar dari alat komunikasi atau media apapun yang sangat berpengaruh bagi masyarakat. Tentang Pilpres 2019 antara Prabowo dan Jokowi belum bisa dipertanggungjawabkan  jadi masih hoaks video tersebut. Memang ada beberapa pendapat yang sudah terbukti benar, tapi sisanya belum tentu benar"

Itulah argumen argumen dari mahasiswa yang telah mengeluarkan perbedaan pendapatnya. Selanjutnya, Pak Rahman memberikan argumen atau pendapatnya mengenai video tersebut. Pak Rahman berkata, "Saya ingin melihat dari sudut pandang Pancasila. Jika saya menilai tentang kebenaran video itu, video itu asli bukan hoaks. Saya mendapatkannya dari sebuah blog dan teman-teman saya ada yang mengirimkannya di grup WA. Hal ini saya baha karena video ini menyangkut tentang masalah yang sedang dialami oleh Indonesia saat ini.  Dari video tersebut, saya melihat bahwa sangat jelas si pembuat video berpihak kepada Jokowi. Jika dia mengatakan Jokowi adalah orang PKI, ini berarti dia akan menstigmakan Jokowi sebgaai orang PKI nantinya. Video ini menjelaskan frame tentang sebuah keinginan dia (pembuat video) dan video ini dibuat untuk provokasi atau mempropaganda. Video ini tidak berusaha untuk mendamaikan tetapi berusaha untuk memecah belah dan diskriminatif antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Ada beberapa kemungkinan yang bisa dianalisa tetapi beberala hal lainnya lebih mendeskripsikan provokasi tadi. Misalnya saja, di satu sisi dia mengandung hal yang unsur sara (agama) namun di sisi lain dia mengatakan bahwa akan adanya pertempuran antara PKI dan Pembela Islam yang termasuk dalam unsur ideologi. Jadi, dia menyamakan antara isu sara dengan isu ideologi. Untuk Pilgub DKI JAKARTA memang terjadi perselisihan antara isu sara yaitu Islam dengan Non-Islam dan isu suku yaitu Pribumi dengan Tionghoa. Tetapi karena hal yang paling menonjol adalah sara, maka agama yang menjadi pemicu perselisihan tersebut. Namun, saat Pilpres 2019 nanti jika masalah muncul dari segi agama kedua orang calon sama-sama beragama Islam sehingga untuk perkiraan munculnya isu sara belum tentu terjad. Tetapi kemungkinan untuk adanya perselisihan PKI dengan Pembela Islam bisa saja terjadi. Selanjutnya, saya melihat bahwa si pembuat video membawa kekesalan pada para pendukungnya. Karena, pada Pilgub DKI JAKARTA telah kalah akibat isu agama. Kemudian berbicara tentang tendensius atau provokasi yang mana dibuktikan dengan adanya gambar-gambar perempuan menunggangi kuda tetapi menggunakan seragam polisi. Dari sana muncul pertanyaan dalam benak saya "dia mau serius atau mau provokasi orang?". Kalau dalam bahasa frame, dia mencoba provokasi orang lain dan berpihak pada salah satu pihak dan tendensiusnya adalah dia memihak pada salah satu pihak. Dalam hal ini walaupun adanya kebebasan pendapat dalam negara kita, seharusnya pemerintah bisa terus menjaga dan membatasi kebebasan pendapat tersebut dan negara seharusnya berperan netral dan sebagai wasit disini bukan ikut memilih pihak yang diinginkan karena ideologi negara kita adalah liberal dan sosialis. Dimana ketika ideologi liberal (mengeluarkan pendapat) sudah terlalu berlebihan maka dibatasi seharusnya dibatasi pendapat tersebut agara tidak memicu perbedaan pendapat yang memicu peperangan sesungguhnya (sosialis) hal tersebut telah tercantum pada Pancasila. Selain itu, video ini pun condong pada memecah belah dan jika dibiarkan begitu saja maka masalah yang timbul akan seperti masalah pada Pilgub DKI JAKARTA kemarin, bahkan bisa jadi masalah ini akan lebih besar karena menyangkut Pemilihan Presiden yang memimpin seluruh daerah di Indonesia. Seorang pengamat politik mengatakan bahwa Pilgub DKI JAKARTA kemarin adalah pemilu paling brutal. Walaupun dalam kenyataannya kita seperti tidak memihak siapa pun namun dalam media sosial tanpa kita sadari kita telah "dikotak-kotakan". Komentar-komentar yang ada bersifat memecah belah satu sama lain dengan bahasa-bahasa yang tidak santun atau bahasa tidak pantas digunakan. Video ini diberikan kepada penikmat media sosial diluar sana tidak untuk dipelajari tetapi untuk memprovokasi. Karena, dia yakin sebagian besar masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang mudah naik darah dan sebagainya. Saya ingin membahas ini untuk menghimbau kepada Anda bahwa kita sebagai intelektual bangsa Indonesia jangan mudah terpengaruh oleh hal-hal seperti itu dan jangan memberikan tanggapan-tanggapan yang mengarah kepada keberpihakan dan akhirnya menimbulkan perpecahan. Usahakanlah dalam memberi komentar yang mengandung perdamaian dan bersifat netral. Karena ketika kita ikut-ikutan berpihak kepada salah satu kubu maka tanpa kita sadari kita telah menyakiti pihak yang lainnya. Kita berharap bahwa orang-orang yang peduli dengan persatuan bangsa Indonesia harus semakin banyak dan semakin diperbanyak."

Dari beberapa argumen atau pendapat diatas saya dapat menyimpulkan bahwa di Indonesia terdapat bermacam-macam agama, beraneka suku dan budaya maupun ras bangsa. Jadi sebaiknya kita harus menanamkan rasa saling menghargai dan menghormati. Jika terdapat perbedaan pendapat maka hendaknya berusaha semaksimal mungkin untuk menciptakan perdamaian diantara mereka dan kita pun harus bersikap netral. Selain itu, bertindak bijak lah dalam menanggapi postingan atau komentar yang ada di media sosial. Jangan mudah untuk terprovokasi, jika melihat video atau foto atau lainnya yang mengandung hal-hal bersifat provokasi seperti video tadi maka hendaklah kita berpikir bijak dan rasional agar kita tidak ikut terprovokasi oleh pemikiran si provokator.

Mungkin sekian diary pada pembelajaran Pancasila kali ini. Mohon maaf bila ada kesalahan nama dari tulisan saya. Karna saya juga masih belajar disini. Sekian dan terimakasih bagi yang membacanya :))



No comments:

Post a Comment