Sunday, 7 May 2017

Pancasila Sebagai Ideologi

"Pancasila Sebagai Ideologi"

Secara umum, ideologi adalah suatu kumpulan gagasan, ide-ide dasar, keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis dengan arah dan tujuan yang hendak dicapai dalam kehidupan nasional suatu bangsa dan negara.

Istilah ideologi berasal dari kata 'idea' (inggris) yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita; dan kata 'logi' yang dalam bahasa Yunani logos artinya ilmu atau pengetahuan. Secara Harfiah, Pengertian Ideologi adalah pengetahuan tentang gagasan-gagasan, pengetahuan tentang ide-ide,science of ideas atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar.
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa "ideologi adalah sebagai panduan". Maksudnya panduan untuk bertingkah laku. 
Sebagai contoh dalam kehidupan yaitu. 
1. Jika kita berpandangan bahwa kenikmatan dunia adalah segala galanya maka itulah yg akan dikejar tidak peduki bagaimana cara untuk mendapatkannya.  yang dituju adalah untuk mendapat kenikmatam dunia semata. "hedonisme"  itulah tujuannya. 
2. Jika kita berpandangan bahwa materi yang ingin dituju maka kita akan mengumpulkan materi sebanyak banyaknya. karena menurut nya materi adalah sumber kebahagiannya. Tidak peduli bagaimana cara mendapatkannya karena materi adalah tujuannya. 
3. Jika kita berpandu pada agama.  Maka kita akan mengikuti ajaran agama tersebut dan menjauhi larangan nya. 

Secara garis besar (hitam putih) ideologi terbagi dua :
1. Liberal
2. Sosialis
Saat ini untuk keduanya sudah tidak ada yang murni lagi. 

"Bagaimana sebuah negara akan dijalankan???"
Untuk menjalankan sebuah negara, maka negara tersebut membutuhkan ideologi. Dan bagaimana negara tersebut itu tergantung ideologi apa yang digunakan karna sebuah ideologi akan menentukan bagaimana negara akan dijalankan. Itulah pentingnya ideologi.
Lalu "Bagaimana jika negara tersebut tidak ada ideologi yang digunakan??". 
Ketika negara tidak memiliki ideologi maka negara tersebut akan berjalan seenaknya karna tidak adanya suatu panduan dan negara pun akan sulit untuk memberikan yang terbaik untuk negaranya (rakyat). Namun, jika otoriter tidak masalah bila tidak memiliki ideologi karna negara yang otoriter tidak memperdulikan bagaimana rakyatnya. 

Saat sidang BPUPKI, Soepomo menyatakan 3 ideologi yaitu liberal, sosial/kelas,  dan integralistik. Saat itu Indonesia memilih ideologi integralistik karna sesuai dengan negara kita. 

Penjelasan tentang paham ideologi tersebut diatas dijelaskan melalui teknik historis yaitu sejarah peradaban dunia.
1. Pada abad VI SM. Abad ini disebut sebagai masa pencerahan. Karena, pola pikir manusia tidak secara logika atau tidak masuk akal karna belum timbul pola pikir secara kritis sehingga manusia pada masa ini masih percaya kepada tahayul yang disangkutpautkan pada dewa-dewi yang mereka percayai. Pada masa ini pun manusia masih diberikan kebebasan berpendapat.

2. Pada abad VI M - XVI M. Abad ini disebut masa kegelapan. Pada masa ini disebut masa kegelapan karena yang semula orang bebas untuk berpikir apa saja jadi terhambat atau ada yang membatasi. Pada masa ini, orang tidak boleh berpikir secara bebas termasuk mengenai kebebasan berpendapat yang bertentangan dengan agama. Jika ada yang berpendapat yang bertentangan dengan agama akan diberhentikan dan wajib untuk dihukum mati. Saat itu agama yang berjaya adalah katolik. Hal ini disebabkan karena logika manusia mulai dikaitkan dengan kejadian yang mereka alami dan menambahkannya dengan tahayul terhadap kepercayaannya pada dewa-dewi mereka. Pada masa ini golongan masyarakat yang mendapat status tertinggi dalam masyarakat adalah para raja (bangsawan), para baron (sekelompok orang yang berada didekat bangsawan), dan para pemuka agama. Pada masa ini tetap ada penemuan teknologi/mesin. Dengan adanya penemuan-penemuan teknologi maka munculah sebuah kaum yang bernama kaum Borjuis yaitu kaum yang menguasai ekonomi dan industri pada saat itu. Sehingga orang-orang yang selama ini berperan dalam pertanian kemudian beralih profesi ke dunia perindustrian. Kaum borjuis ini merupakan kaum yang memperjuangkan haknya sendiri untuk mendapat hak yang sama dengan raja dan sebagainya. Dengan munculnya kaum ini status kemasyarakatan mereka naik. Mereka memperjuangkan haknya sendiri dengan mengemukakan pendapat bahwa "Kami setara dengan raja. Raja adalah manusia dan kami pun manusia. Jadi, semuanya harus sama"
Dari pendapat seperti ini muncul pendapat tentang pentingnya kesetaraan setiap individu dan konsep-konsep negara dan terjadi bentuk perjanjian diantara kaum borjuis dengan raja. 

Sebelum zaman kegelapan, konsep negara ada di tangan Tuhan. Mereka mempercayai bahwa Tuhan memberikan dan mengutus wakilnya untuk dapat memerintah sebuah negara. Wakil tersebut berciri-cirikan perkasa dan kuat seperti kaum raja dan para uskup. Sehingga setiap orang tunduk kepada para raja dan para uskup pada saat itu. Dari sini mulai bermunculan bentrok-bentrok yang dilakukan antara kaum borjuis dengan kaum raja. Akhirnya keduanya mengambil jalan keluar dengan membuat berbagai kesepakatan. Karena, kaum borjuis sudah merasa kuat maka konsep-konsep baru tentang negara pun bermunculan. Salah satunya yaitu negara muncul bukan karena utusan dari Tuhan tetapi muncul karena adanya kesepakatan diantara manusia satu dengan manusia lainnya. Jadi, adanya kontrak sosial antara manusia dengan manusia tanpa memunculkan kekacauan dan negara akan menyetarakan segalanya.

Suatu hari permasalahan pun muncul yaitu adanya perpecahan antara kaum katolik. Hal ini menyebabkan timbulnya Revolusi Perancis yang isinya tentang sebuah pendapat bahwa :
"Yang lama adalah buruk dan yang buruk haruslah dihancurkan."
Dalam konteks ini, mengandung makna bahwa orang-orang terdahulu sangat mentaati agamanya jadi orang-orang tersebut harus dihancurkan. Sehingga terjadilah perburuan liar antara manusia dengan manusia salah satunya hukuman mati besar-besaran. Peristiwa ini memunculkan individualistis sebagai konsep baru dalam ideologi negara yang harus diterima oleh banyak orang. Kesimpulannya, liberalisme muncul karena adanya prospek sejarah atau kondisi-kondisi yang ada pada jalan cerita sejarah.

Pada tahun 1800-an seorang pemikir bernama Mark melihat fenomena yang ada dalam masyarakat Eropa. Dia melihat dalam sebuah lingkungan terdapat kaum pluetar (kaum miskin), kaum borjuis, dan kaum ortodok (kaum bangsawan). Dia menyimpulkan bahwa dalam masyarakat terdapat kelas-kelas masyarakat seperti : 
- masyarakat bawah (kaum pluetar)
- masyarakat menengah (kaum borjuis)
- masyarakat atas (kaum ortodok)
Kaum ortodok merupakan jumlah masyarakat yang sedikit tetapi sangat menguasai segala sektor. Berbeda dengan jumlah dari masyarakat bawah dan menengah yang terbilang banyak tetapi tidak terlalu menguasai berbagai sektor. Hal ini membuat Mark merasakan ketidak adilan bagi masyarakat menengah dan masyarakat bawah. Akhirnya Mark membuat hipotesa tentang kesamaan yang merata seperti sama rasa, sama egaliter, kebebasan yang rata dan kesamaan lainnya. Untuk mewujudkan ini maka harus adanya revolusi antara masyarakat bawah dengan masyarakat menengah yang dapat mendirikan sebuah negara tanpa kelas yang menjamin kesetaraan. Jadi, ideologi sosialis muncul berdasarkan hipotesis mengenai negara yang diimpikan dan yang ingin dijalankan di muka bumi ini. Menurut seorang pemikir lain, konsep baru ini merupakan konsep yang harus dikembangkan dan harus dijalankan oleh sebuah negara. Kemudian, konsep ini  pun dibawa oleh dia ke Jerman dan ke Rusia namun tidak dapat dijalankan pada kedua negara tersebut. Akhirnya, sosialis dianggap sebagai hipotesis yang dapat dipakai oleh kaum komunis. Sehingga lahirlah sosial komunis yaitu sebuah negara dengan partai komunis yang menganut ideologi sosialis.


Maka timbulah pertanyaan "mengapa Indonesia tidak menganut salah satu dari kedua ideologi tersebut? (sosialis dan liberal)" 
"Jika saat itu Indonesia memilih liberal maka... "
Dalam bidang Politik : Akan banyak partai politik, kebebasan berpendapat, bersaing satu sama lain untuk menguasai kekuasaan. 
Dalam bidang Sosial : tidak banyak nya peraturan yang dibuat. 
Dalam bidang Agama : Diberikan kebebasan untuk memilih agama. 
Dalam bidang Ekonomi : Negara tidak boleh ikut berusaha atau menguasai perekonomian. Hanya individu saja.  Jika negara ikut campur akan terjadi bentrok. 

"Jika saat itu Indonesia memilih sosialis maka.. "
Dalam bidang Politik : Hanya diperbolehkan satu partai politik.  Jika lebih akan terjadi disabilitas di masyarakat. 
Dalam bidang Sosial : Banyaknya peraturan yang dibuat untuk mengontrol tingkah laku masyarakat. 
Dalam bidang Elonomi : Adanya usaha milik daerah dan negara. 

"Mengapa Indonesia tidak memilih Liberal ataupun Sosialis? "
Karena keduanya tidak sesuai dengan kultur yang ada di Indonesia. 
Penyebab Indonesia tidak memilih sosialis dan liberal yaitu:
1. Kultur budaya bangsa Indonesia yang masih melekat dengan keagamaan, kekeluargaan, dan kewajiban memeluk agama bagi masing-masing rakyatnya. Hal ini sangat berbeda dengan masyarakat Eropa yang lebih menggunakan rasio mandiri dan kebebasan. Sehingga, jika liberal diterapkan maka yang bertindak menghakimi ataupun bertindak seenaknya bukanlah negara melainkan masyarakat.
2. Dalam hal ekonomi, Indonesia terbiasa dengan adanya ketimpangan sosial. Dengan adanya ketimpangan sosial membuat hubungan antara yang mempunyai sesuatu dengan yang tidak mempunyai apa-apa akan terjalin secara alami dan tidak pernah pudar. Jika Indonesia menganut Liberal maka akan memunculkan kembali kaum borjuis dengan kaum pruetal yang semakin banyak.
3. Dalam bidang agama, Indonesia terkenal sebagai negara yang sangat melekat dengan keagamaan dan kepercayaan. Sedangkan paham liberal lebih membebaskan rakyatnya untuk tidak memeluk agama dan paham sosialis membuat agama menjadi pembentuk dua golongan masyarakat yang akan bersinggungan. Sehingga Indonesia tidak bisa dipisahkan dari agama dan tidak cocok untuk menganut kedua paham tersebut. 
4. Dalam bidang politik, sejak sebelum kemerdekaan Indonesia telah terbiasa dengan berkumpul untuk saling bertukar pendapat. Jika hal ini dihentikan seperti paham sosialis yang hanya diperbolehkan mendirikan satu partai politik, maka akan menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan dan kebebasan dalam berpendapat.
5. Dalam bidang Ekonomi, sejak sebelum kemerdekaan bangsa Indonesia terlatih untuk mendirikan negara atas kerjasama antara rakyat dan negaranya. Jika Indonesia menganut paham sosialis, maka kerjasama antar negara dan rakyat akan hilang dan akan memicu perpecahan negara.

Akhirnya Indonesia pun menganut ideologi Integralistik yaitu ideologi yang menganut Liberal dan Sosialis namun lebih condong kepada Sosialis dalam hal tertentu. Hal ini dibuktikan dalam Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia menganut 60% - 70% paham Sosialis dan 40% - 30% paham Liberalis. Jalan yang paling tepat adalah Indonesia harus mampu mengakomodir kedua paham tersebut.

Sekian dan semoga bermanfaat :) 


No comments:

Post a Comment